RANCANGAN MODEL PENDIDIKAN
PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
1.
PENDAHULUAN
Model pembelajaran sebagai salah satu cara guru untuk mengimplementasikan
kurikulum disekolah. Oleh karena itu untuk memilih model pembelajaran yang
tepat sebaiknya guru perlu memahami tentang kurikulum dan perangkatnya.
Kurikulum
Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP) merupakan kebijakan baru dalam bidang
pendidikan . KTSP memberikan wewenang kepada sekolah dan para guru untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah dan karakteristik siswa.
Kebijakan ini mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Prinsip
kebijakan kurikulum tingkat satuan pendidikan ini sebenarnya menerapkan
kurikulum berbasis sekolah pada perbedaan individu dan sangat cocok diterapkan
pada Sekolah Luar Biasa (SLB) , karena kurikulum dan pelaksanaanya dapat
dikembangkan atas dasar kebutuhan belajar setiap anak yang berkebutuhan khusus
(ABK). Selain KTSP dikembangkan oleh guru dengan muatan kurikulum berorientasi
pada ABK, dalam pengembangannya juga melibatkan warga sekolah dan pihak terkait
sebagai pengguna.
Terkait dengan model pembelajaran
dalam pelaksanaan kurikulum di SLB lebih disarankan untuk menerapkan model
pembelajaran terindividualisaskan (Individualized Instruction) yang
disebut istilah PPI (Ishartiwi,2007).
Tujuan dari model pembelajaran dalam
pelaksanaan individualisasi yaitu menjamin
untuk memberikan pelayanan bagi setiap ABK. Meskipun tidak menutup
kemungkinan bagi ABK dengan kecerdasan normal dapat dikenai model pembelajaran
yang biasa digunakan anak normal. Hal ini dengan pertimbangan kondisi ABK.
Kurikulum KTSP yang diterapkan juga mempunyai peluang untuk memberikan layanan
yang efektif kepada ABK.
2. Rancangan
Model Pendidikan pada ABK
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memang
memilki perbedaan yang mencolok dengan anak yang lainnya dalam satu tipe
kekhususan. Oleh karena itu guru di SLB
dalam memberikan pendidikannya tidak memungkinkan untuk memprediksi
kemampuan ABK secara rata-rata. Faktor-faktor yang mempengaruhinya menurut
Ishartini adalah :
a.
Guru belum
memahami konsep PPI dan penerapannya
b.
Guru mempunyai
persepsi bahwa membuat rencana program pembelajaran dengan PPI rumit
c.
Kebijakan
penyelengggaraan pembelajaran di SLB masih disamakan dengan sekolah normal.
Ketiga faktor tersebut sangat menghambat penerapan PPI di Sekolah
Luar Biasa (SLB) dan menghambat juga Perkembangan Implementasinya.
Konsep yang diterapkan pada pendidikan anak berkebutuhan khusus
agar dapat membantu mengembangkan potensinya secara efektif dan model pembelajaran
berdasarkan karakteristik ABK yang dapat menumbuhkan aktivitas belajar,
menyenangkan, meningkatkan daya konsentrasi dan motivasi beraktivitas ABK tidak merasa terbebani, yaitu sebagai berikut
:
1)
Konsep Dasar
KTSP
Pengembangan
kurikulum untuk ABK lebih difokuskan
pada masalah dan kebutuhan belajar individual, bukan berorientasi pada standar
isi mata pelajaran yang seragam. Pelaksanaan kurikulum di SLB dibedakan menjadi
dua yaitu, Pertama bagi ABK dengan kecerdasan rendah atau ABK kategori
sedang dan berat, pelaksanaan kurikulum difokuskan untuk pengembangan
kompetensi adaptif dan keterampilan fungsional. Kedua bagi Abk dengan
kecerdasan normal dan diatas normal , dapat mengikuti kurikulum sekolah umum,
dengan memodifikasi strategipembelajarannya, sesuai dengan karakteristik ABK.
Dalam pelaksanaan KTSP tentu terkait dengan bahan ajar.bahan ajar dikembangkan
dari kompetensi yang harus dikuasai siswa, yang termuat dalam kurikulum. Bahan
ajar ABK memenuhi kriteria sebagai berikut :
a)
Bahan ajar
benar-benar spesifik, yanmg diperlukan oleh siswa untuk mencapai kompetensi
yang sesuai dengan kebutuhan dan masalah belajar ABK
b)
Isi materi
dalam bahan ajar berfokus pada kompetensi, bukan pada materi.
c)
Bahan ajar
dapat dikemas dalam bentuk lembar kerja, atau modul sehingga memudahkan anak
belajar secara individual.
d)
Bahan ajar
dikembangkan berdasarkan hasil asesmen setiap siswa , atau sekelompok siswa
yang setara kemampuannya.
2)
Konsep
Penerapan Pembelajaran terIndividualisasikan
Program
pembelajaran terindividualisasi (PPI) dalam pembelajaran bagi ABK merupakan
kebutuhan dasar. Beberapa hal yang perlu dipahami tentang PPI yaitu , alasan
pelaksanaan PPI itu penting bagi ABK menurut Snell (1983), adalah semua ABK
masih mempunyai potensi belajar dan membutuhka keterampilan yang sesuai dengan
kebutuhan sehari-hari dirumah dan masyarakat sehingga sekolah harus
melaksanakan pembelajaran keterampilan yang fungsional sesuai individu
mengembangkan prinsip-prinsip perilaku secara universal dan dapat diterapkan
sebagai metode pembelajaran.penilaian hasil akhir pembelajaran dilakukan secara
informal (tidak penilaian kriteria
standar), lebih sesuai diterapkan untuk penilaian tingkah laku fungsional
sehingga prosedur dan tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan anak.
Menurut
Ishartiwi (2007) dalam penerapan kurikulum belajar berbasis perbedaan individu
pada konsep PPI adalah sebagai berikut :
a)
PPI bermodul (Modular
Instruction), yaitu PPI yang difasilitasi dengan perangkat lunak. PPI ini
sesuai untuk ABK yang memiliki kemandirian belajar (1 anak: 1Perangkat
Belajar). Anak berinteraksi secara mandiri dengan perangkat lunak pembelajaran,
sedangkan guru memberikan bantuan hanya apabila diperlukan saja.
b)
PPI melalui
Pembelajaran Perorangan dengan Peralatan Khusus. Pilihan ini merupakan
penerapan PPI dengan penggunaan peralalatan pembelajaran khusus, yang
dilengkapai dengan perangkat lunak dan implementasinya difasilitasi oleh guru.
PPI ini sesuai untuk pembelajaran perilaku khusus (seperti: latihan berbicara,
latihan motorik, latihan membaca)Dalam pembelajaran perorangan ini, anak
berinteraksi dengan peralatan belajar khusus dibawah bimbingan guru (1 anak : 1
Peralatan belajar : 1 Guru).
c)
PPI dengan
pendekatan transaksional (Transactional Intruction). PPI ini
dikembangkan dan diterapkan berdasarkan hasil asesmen kemampuan sejumlah ABK
yang setara dalam suatu kelompok, yang difasilitasi dengan rancangan yang
disusun oleh guru, dan selama proses intervensi dilakukan penyesuaian rancangan
atas dasar respon siswa terhadap tindak pembelajran guru. Guru melakukan
pemantauan secara terus menerus sepanjang rentang proses pembelajaran, dan
menggunakan rentetan keputusan transaksional berdasarkan respon belajar siswa
yang tidak dapat diprediksi itu, sebagai rujukan untuk melakukan penyesuaian
sambil jalan (on going adjustments) dalam rangka optimasi perolehan belajar.
3.
Kesimpulan
Guru dapat
memilih dan menerapkan model pembelajaran yang dapat membantu ABK mengembangkan
potensinya. Faktor utama dalam memilih model pembelajaran bagi ABK adalah
karakteristik perbedaan Individunya, sehingga dapat membantu ABK belajar dengan
nyaman dan mudah diterima. Dalam pembelajran tersebut ABK tidak merasa
terbebani oleh tugas-tugasnya dan mereka dapat meningkatkan daya konsentrasi
dan berfikir secara luas, karena kurikulum yang digunakan dalam pembelajaranya
sesuai dengan keadaan ABK dan dapat mengembangkan potensi sesuai bakatnya.
Konsep yang digunakan dalam pendidikan ABK terdapat dua konsep yaitu Konsep
KTSP dan PPI.
4.
Saran
Sebaiknya untuk ABK dalam dunia pendidikan menggunakan konsep KTSP
dan PPI supaya ABK dapat menerima pembelajaran yang efektif seperti pada
sekolah umum lainnya, sehingga SLB tidak dipandang sebelah mata oleh sebagian
masyarakat.
boleh share literaturnya mbak??
BalasHapus