Kamis, 11 April 2013

Rancangan Model Pendidikan Pada Anak Berkebutuhan Khusus


RANCANGAN MODEL PENDIDIKAN
PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

1. PENDAHULUAN
            Model pembelajaran sebagai salah satu cara guru untuk mengimplementasikan kurikulum disekolah. Oleh karena itu untuk memilih model pembelajaran yang tepat sebaiknya guru perlu memahami tentang kurikulum dan perangkatnya.
            Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP) merupakan kebijakan baru dalam bidang pendidikan . KTSP memberikan wewenang kepada sekolah dan para guru untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah dan karakteristik siswa. Kebijakan ini mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Prinsip kebijakan kurikulum tingkat satuan pendidikan ini sebenarnya menerapkan kurikulum berbasis sekolah pada perbedaan individu dan sangat cocok diterapkan pada Sekolah Luar Biasa (SLB) , karena kurikulum dan pelaksanaanya dapat dikembangkan atas dasar kebutuhan belajar setiap anak yang berkebutuhan khusus (ABK). Selain KTSP dikembangkan oleh guru dengan muatan kurikulum berorientasi pada ABK, dalam pengembangannya juga melibatkan warga sekolah dan pihak terkait sebagai pengguna.
            Terkait dengan model pembelajaran dalam pelaksanaan kurikulum di SLB lebih disarankan untuk menerapkan model pembelajaran terindividualisaskan (Individualized Instruction) yang disebut istilah PPI (Ishartiwi,2007).

            Tujuan dari model pembelajaran dalam pelaksanaan individualisasi yaitu menjamin  untuk memberikan pelayanan bagi setiap ABK. Meskipun tidak menutup kemungkinan bagi ABK dengan kecerdasan normal dapat dikenai model pembelajaran yang biasa digunakan anak normal. Hal ini dengan pertimbangan kondisi ABK. Kurikulum KTSP yang diterapkan juga mempunyai peluang untuk memberikan layanan yang efektif kepada ABK.

2. Rancangan Model Pendidikan pada ABK
            Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memang memilki perbedaan yang mencolok dengan anak yang lainnya dalam satu tipe kekhususan. Oleh karena itu guru di SLB  dalam memberikan pendidikannya tidak memungkinkan untuk memprediksi kemampuan ABK secara rata-rata. Faktor-faktor yang mempengaruhinya menurut Ishartini adalah :

a.       Guru belum memahami konsep PPI dan penerapannya
b.      Guru mempunyai persepsi bahwa membuat rencana program pembelajaran dengan PPI rumit
c.       Kebijakan penyelengggaraan pembelajaran di SLB masih disamakan dengan sekolah normal.

Ketiga faktor tersebut sangat menghambat penerapan PPI di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan menghambat juga Perkembangan Implementasinya.

Konsep yang diterapkan pada pendidikan anak berkebutuhan khusus agar dapat membantu mengembangkan potensinya secara efektif dan model pembelajaran berdasarkan karakteristik ABK yang dapat menumbuhkan aktivitas belajar, menyenangkan, meningkatkan daya konsentrasi dan motivasi beraktivitas ABK  tidak merasa terbebani, yaitu sebagai berikut :





1)      Konsep Dasar KTSP

Pengembangan kurikulum  untuk ABK lebih difokuskan pada masalah dan kebutuhan belajar individual, bukan berorientasi pada standar isi mata pelajaran yang seragam. Pelaksanaan kurikulum di SLB dibedakan menjadi dua yaitu, Pertama bagi ABK dengan kecerdasan rendah atau ABK kategori sedang dan berat, pelaksanaan kurikulum difokuskan untuk pengembangan kompetensi adaptif dan keterampilan fungsional. Kedua bagi Abk dengan kecerdasan normal dan diatas normal , dapat mengikuti kurikulum sekolah umum, dengan memodifikasi strategipembelajarannya, sesuai dengan karakteristik ABK. Dalam pelaksanaan KTSP tentu terkait dengan bahan ajar.bahan ajar dikembangkan dari kompetensi yang harus dikuasai siswa, yang termuat dalam kurikulum. Bahan ajar ABK memenuhi kriteria sebagai berikut :

a)      Bahan ajar benar-benar spesifik, yanmg diperlukan oleh siswa untuk mencapai kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dan masalah belajar ABK
b)      Isi materi dalam bahan ajar berfokus pada kompetensi, bukan pada materi.
c)      Bahan ajar dapat dikemas dalam bentuk lembar kerja, atau modul sehingga memudahkan anak belajar secara individual.
d)     Bahan ajar dikembangkan berdasarkan hasil asesmen setiap siswa , atau sekelompok siswa yang setara kemampuannya.

2)      Konsep Penerapan Pembelajaran terIndividualisasikan 

Program pembelajaran terindividualisasi (PPI) dalam pembelajaran bagi ABK merupakan kebutuhan dasar. Beberapa hal yang perlu dipahami tentang PPI yaitu , alasan pelaksanaan PPI itu penting bagi ABK menurut Snell (1983), adalah semua ABK masih mempunyai potensi belajar dan membutuhka keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan sehari-hari dirumah dan masyarakat sehingga sekolah harus melaksanakan pembelajaran keterampilan yang fungsional sesuai individu mengembangkan prinsip-prinsip perilaku secara universal dan dapat diterapkan sebagai metode pembelajaran.penilaian hasil akhir pembelajaran dilakukan secara informal  (tidak penilaian kriteria standar), lebih sesuai diterapkan untuk penilaian tingkah laku fungsional sehingga prosedur dan tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan anak.

Menurut Ishartiwi (2007) dalam penerapan kurikulum belajar berbasis perbedaan individu pada konsep PPI adalah sebagai berikut :

a)      PPI bermodul (Modular Instruction), yaitu PPI yang difasilitasi dengan perangkat lunak. PPI ini sesuai untuk ABK yang memiliki kemandirian belajar (1 anak: 1Perangkat Belajar). Anak berinteraksi secara mandiri dengan perangkat lunak pembelajaran, sedangkan guru memberikan bantuan hanya apabila diperlukan saja.

b)      PPI melalui Pembelajaran Perorangan dengan Peralatan Khusus. Pilihan ini merupakan penerapan PPI dengan penggunaan peralalatan pembelajaran khusus, yang dilengkapai dengan perangkat lunak dan implementasinya difasilitasi oleh guru. PPI ini sesuai untuk pembelajaran perilaku khusus (seperti: latihan berbicara, latihan motorik, latihan membaca)Dalam pembelajaran perorangan ini, anak berinteraksi dengan peralatan belajar khusus dibawah bimbingan guru (1 anak : 1 Peralatan belajar : 1 Guru).

c)      PPI dengan pendekatan transaksional (Transactional Intruction). PPI ini dikembangkan dan diterapkan berdasarkan hasil asesmen kemampuan sejumlah ABK yang setara dalam suatu kelompok, yang difasilitasi dengan rancangan yang disusun oleh guru, dan selama proses intervensi dilakukan penyesuaian rancangan atas dasar respon siswa terhadap tindak pembelajran guru. Guru melakukan pemantauan secara terus menerus sepanjang rentang proses pembelajaran, dan menggunakan rentetan keputusan transaksional berdasarkan respon belajar siswa yang tidak dapat diprediksi itu, sebagai rujukan untuk melakukan penyesuaian sambil jalan (on going adjustments) dalam rangka optimasi perolehan belajar.

3. Kesimpulan
                 
              Guru dapat memilih dan menerapkan model pembelajaran yang dapat membantu ABK mengembangkan potensinya. Faktor utama dalam memilih model pembelajaran bagi ABK adalah karakteristik perbedaan Individunya, sehingga dapat membantu ABK belajar dengan nyaman dan mudah diterima. Dalam pembelajran tersebut ABK tidak merasa terbebani oleh tugas-tugasnya dan mereka dapat meningkatkan daya konsentrasi dan berfikir secara luas, karena kurikulum yang digunakan dalam pembelajaranya sesuai dengan keadaan ABK dan dapat mengembangkan potensi sesuai bakatnya. Konsep yang digunakan dalam pendidikan ABK terdapat dua konsep yaitu Konsep KTSP dan PPI.

4. Saran
                 
              Sebaiknya untuk ABK dalam dunia pendidikan menggunakan konsep KTSP dan PPI supaya ABK dapat menerima pembelajaran yang efektif seperti pada sekolah umum lainnya, sehingga SLB tidak dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat.

1 komentar: